Pekalongan, salah satu kota yang penuh kenangan buat saya. 6 tahun tinggal di kota ini membuat saya sangat akrab dengan suasana, tradisi, serta makanan khasnya. Begitu pula dengan kain khas yang ada di kota ini, batik. Produksi batik telah menjadikan Pekalongan sebagai kota Batik sekaligus kota kreatif dunia di bidang kerajinan dan seni rakyat. Bagi saya, Pekalongan juga menjadi kampung halaman kedua. Beberapa waktu lalu saya menyempatkan pulang ke kota ini. Selain untuk silaturahim dengan famili di sini, saya pun punya agenda khusus, yaitu mengunjungi museum Batik. Sudah lama saya mendengar keberadaannya, tetapi belum pernah sekali pun ke museum yang sudah diresmikan sejak 13 tahun lalu itu.
Siang itu cukup terik. Saya diantar adik sepupu meluncur ke museum Batik. Di hari kerja, museum tak ada pengunjung, sepi. Hanya kami berdua saja yang datang. Setelah membayar tiket seharga Rp. 5000,- per orang dan mendapat panduan dari petugas, kami pun bergegas ke ruang pamer museum. Saat sudah berapa di ruang pamer, ternyata ada petugas yang menghampiri dan bermaksud memandu kami di museum. Wah, seneng banget. Kesempatan bagus untuk bisa eksplor museum sekaligus mendapatkan penjelasannya. Mas Gafi, petugas museum dengan sabar memandu kami dan menjelaskan satu per satu koleksi batik di museum ini.
Ruang Bhinneka Tunggal Ika
Ruang pamer pertama yang kami masuki bernama Ruang batik Bhinneka Tunggal Ika. Di ruang pamer ini terdapat koleksi bahan kain batik, jenis-jenis canting, jenis pewarna baik yang berupa zat kimia maupun pewarna alami. Ada pula jenis bahan pembuat lilin malam dari getah bahan alam. Bermacam-macam cap untuk batik juga dipajang, yang terbuat dari tembaga, kayu maupun kertas.
Di ruang ini pula ditampilkan tiga jenis batik yakni batik tulis, cap dan printing. Tahu nggak bedanya apa? Selama ini saya tahunya batik tulis itu punya kualitas paling bagus karena dibuat secara manual dengan tangan dan harganya memang jauh lebih mahal dibanding batik selain tulis. Ternyata memang benar. Batik buatan tangan baik tulis maupun cap lebih unggul karena mempunyai kualitas gambar dan kecerahan yang hampir sama di kedua sisi kain (depan dan belakang). Batik tulis lebih bervariasi motifnya atau dengan kata lain tidak pasaran, sedangkan batik cap seringnya dengan motif berulang. Lain halnya batik printing. Sebetulnya ini tidak bisa disebut batik karena tidak menggunakan lilin panas. Batik printing hanya berupa kain putih yang disablon atau dicetak (print) dengan motif batik pada salah satu sisinya saja. Batik printing juga terkesan lebih kaku dan karena hanya dicetak di satu sisi saja tentunya ada perbedaan gambar di sisi depan dan belakang. Kira-kira begitu perbedaannya, paham ya? Hehe…
Ada beberapa motif kain yang ditampilkan di ruang pamer Bhinneka Tunggal Ika:
1) Batik Pedalaman: Solo dan Jogja.
Batik gaya pedalaman merujuk pada batik tradisional Jawa dari keraton Surakarta dan Yogyakarta. Motif batik ini banyak menggambarkan simbol tradisional yang sarat makna, nilai, filosofi, harapan, juga doa. Penggunaan motif batik tertentu untuk acara khusus seperti perayaan, pernikahan, kematian, juga siapa yang memakainya baik Raja, bangsawan, prajurit, membuat motif batik tersebut sangat sakral. Satu yang saya tahu adalah motif batik truntum dari Solo. Motif batik ini biasanya dipakai oleh orang tua dari pengantin saat anaknya menikah dan bermakna doa agar cinta kasih mempelai berdua senantiasa tumbuh berkembang sesuai nama batik truntum dari kata tumaruntum yang artinya subur berkembang. Batik pedalaman biasanya berwarna coklat (sogan) untuk batik dari Solo, sedangkan batik dari Jogja seringnya berwarna dominan putih.
2) Batik Tiga Negeri
Batik Tiga Negeri menggunakan kombinasi tiga warna yang berbeda dari daerah yang berbeda pula. Biasanya yang sering digunakan adalah warna merah dari Lasem, biru dari Pekalongan, dan sogan (coklat) dari Solo atau Yogya. Sogan itu sebenarnya sebutan warna coklat yang berasal dari bunga soga, sehingga batiknya disebut sogan. Pada akhirnya batik Tiga Negeri berkembang tak hanya warna itu saja. Salah satu seniman batik yang mengembangkan batik Tiga Negeri secara turun temurun adalah keluarga Tjoen dari Solo.
3) Batik Pengaruh Jepang
Motif batik ini disebut Djawa Hokokai. Batik yang merupakan pengaruh saat pendudukan Jepang di Indonesia ini mempunyai motif unik yang disebut Pagi Sore, yakni 2 motif dalam 1 kain. Dua motif yang berbeda ini terpisah garis diagonal kain. Sesuai namanya, kain batik Pagi Sore bisa dipakai di kesempatan yang berbeda, dipakai bergantian pagi dan sore hari. Kain batik jenis ini memang dulunya dipakai oleh pasukan Jepang pada saat terjadi kelangkaan bahan batik, sehingga hanya memakai 1 kain bergantian selama seharian. Salah satu desain batik motif ini adalah gambar kimono, juga bunga sakura. Saat ini batik jenis ini banyak dicari oleh kolektor karena keindahannya.
Ruang Batik Nusantara dan Terang Bulan
Menuju ruang pamer kedua kami memasuki ruang khusus untuk Batik Nusantara. Di sini terdapat beragam koleksi batik tradisional maupun kontemporer dari berbagai daerah di Indonesia. Di ruangan ini terpajang berbagai macam motif batik unik dan khas dari masing-masing daerah penghasil batik, seperti Cirebon, Lasem, Madura, Aceh dll.
Ruang pamer terakhir yaitu ruang pamer ketiga, menyuguhkan koleksi batik Terang Bulan dan batik Pagi Sore. Batik Terang Bulan adalah batik dengan kain polos di bagian tengah dan motif di bagian pinggirnya. Sedangkan batik Pagi Sore seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu batik dari 1 kain dengan 2 motif yang berbeda. Motif ini pun banyak ragamnya.
Belajar Membatik
Selesai eksplor ruang pamer, saya pun menuju ruang workshop tempat membatik. Di sini pengunjung boleh praktik belajar membatik. Saya diberi satu kain putih ukuran 20 x 20 cm. Mas Gafi dengan cekatan mempersiapkan lilin malam untuk dipanaskan. Sambil menunggu lilin malamnya panas, saya diajari menggambar pola dan bebas mau gambar apa saja. Setelah lilin malam siap dipakai, saya mulai belajar cara memakai canting, mengambil cairan lilin dengan canting, lalu mengaplikasikan lilin malam ke dalam kain yang sudah ada polanya. Agak rumit menurut saya, karena kalau tidak pas, cairan lilin panas bisa tumpah dan kena tangan, hehe. Lalu kalau kelamaan, lilin bisa cepat kering. Jadi memang timing-nya harus pas, macam kapan ketemu jodoh, harus pas. Melihat kerumitan itu saya jadi kagum sama pembatik-pembatik yang membatik dengan santai banget tapi bisa menghasilkan batik tulis yang bagus. Nah, kain hasil dari belajar membatik ini boleh dibawa pulang, asyik kan?
Selain ruang workshop untuk membatik, museum Batik Pekalongan juga menyediakan ruang untuk praktik membatik dengan metode cap dan printing, karena memang sebetulnya museum ini juga mewadahi praktik membatik untuk pelajar, penelitian maupun event tertentu.
Museum Sebagai Insitusi Pelestari Batik
Museum Batik Pekalongan menempati sebuah bangunan peninggalan Belanda yang klasik. Arsitektur bangunan dengan lorong yang indah dan pilar-pilar yang kokoh serta taman asri di bagian tengah bisa membuat pengunjung kayak saya menjadi narsis, haha. Memang bagus banget buat foto-foto. Di bagian depan juga dipamerkan sebuah tembikar besar yang disebut jedi. Jedi adalah sebuah wadah untuk “merebus” kain yang sudah dibatik, yaitu pencelupan kain ke dalam air mendidih untuk menghilangkan sisa-sisa lilin malam sehingga yang tersisa adalah kain batik jadi dengan motif yang diinginkan.
Sebagai institusi pelestari batik, museum Batik Pekalongan menjadi tempat konservasi koleksi kain batik dan telah turut berperan dalam perolehan sertifikasi dari Unesco atas Batik Indonesia sebagai warisan budaya bangsa yang mendunia. Sampai saat ini museum tetap aktif dalam kegiatan pelestarian budaya batik melalui pameran, lomba membatik, kunjungan dari sekolah-sekolah, promosi batik, dan juga kegiatan seni yang berhubungan dengan batik.
Nah, kalau kamu penasaran, sempatkanlah trip ke Pekalongan dan kunjungi museum Batik.
***
Museum Batik Pekalongan
Jl. Jatayu No. 1 Pekalongan, Jawa Tengah.
0285 – 431698.
Buka setiap hari: 08:00 – 15:00 WIB
HTM:
Dewasa: Rp. 5.000,-
Pelajar: Rp. 2.000,-
Aku pengen belajar membatik. Mau ah nanti ke Pekalongan
Batik Pekalongan memang cukup terkenal dan dominan di Indonesia. Bahkan kabarnya produk Batik Pekalongan mendominasi di Pasar Beringharjo, Yogyakarta dan Pasar Klewer, Solo.
Penyebabnya adalah para perajin Batik Pekalongan bisa membuat batik dalam jumlah besar di waktu yang singkat.
Di samping itu, motif Batik Pekalongan bisa menggunakan warna cerah dan bervariasi.
Yang paling saya suka dari Batik Pekalongan itu perpaduan warnanya yang cerah.
Mbak Dewi beruntung sekali berkesrmpatan memahami cikal bakalnya.
Beberapa kali ke Pekalongan tapi belum sempat mampir ke musium Batik ini. Padahal saya termasuk penggemar batik Pekalongan. Nanti jika ada kesempatan ke Pekalongan harus disempatkan nih.
Wah serunya belajar membatik. Apakah koleksi batiknya sebanyak yang di Museum Tekstil, mba? Kayaknya kali ke Pekalongan harus sempetin mampir nih ke Museum Batik.
Wah, serunya belajar membatik. Kayaknya kalo ke Pekalongan harus sempetin untuk mampir nih ke Museum Batik. Apakah koleksi batiknya lebih banyak dari Museum Tekstil? Keren-keren sih kalo lihat dari gambarnya, terutama yang Djawa Hokokai.
Asik ya mba jalan-jalan bisa sekalian belajar batik niih..
Aih, jadi pengen belajar membatik juga. Batik tulis dan cap memang keindahannya tiada duanya. Pantas dihargai mahal. ????
Pekalongan memang cukup terkenal dgn batiknya. Seru sih ka belajar membatik. Jadi ingat saat di jogja dulu osis camp sma aku juga pernah belajar membatik. Hehe membatik itu cukup sulit ya 😀
dengan harga semurah itu, bisa dapet macem2 pengetahuan tentang batik ya mba..
selain itu, aku baru tau tentang batik pengaruh jepang.
Batik Pekalongan sangat terkenal, museum nya juga ternyata menarik. Gak sabar pengen kesini. Makasih Mba Dewi infonya..
Wah ide bagus ya liburan sekalian belajar batik. Kenapa aku gak kepikiran ya. Penasaran sih banget sih pengen lihat proses pembuatan batik Tiga Negeri secara langsung. Pasti seru.
mbak, aku suka galeri fotonya yang bisa jalan sendiri. ntar ajarin aku ya ehhee..
mbaa.. ajairn aku cara bikin kumpulan fotonya bisa sliding gitu yaa heheh..
Dulu saya juga sekali2nya seumur hidup belajar membatik di Museum Tekstil yang dekat tanah abang
Waduh.. saya belum pernah nih ke Pekalongan… Btw.. murah juga ya masuk museumnya.. cuma 5 ribu aja.
Saya suka sekali pakai kemena batik. Setiap hari kerja dulu saya pake batik. Eh.. tapi saya gak pernah sekali pun ke museum batik. Pasti seru ya…
Wah seru banget mba bisa sekalian belajar membatik, saya taunya sudah jadi tinggal pakai. Itu juga yang printing, klo yang tulis bahannya saja sudah mahal.
Membaca tulisan mbak, membawa saya kembali mengunjungi Museum Batik Pekalongan bertahun tahun lalu. Menarik banget ya mbak, tapi saya ndak bisa ikutan be lajar membatik, karena resiko alergi.
Asyik ya belajar membatik di Museum Batik Pekalongan. Kalau kapan-kapan ke Pekalongan pengen mampir juga ah ke Museum ini.
Hebat ya..di saat ada keterbatasan dibuatlah batik pagi sore, biar hemat. Belum lagi makna yang terkandung dalam motif batik tertentu. Museum yang sungguh menarik.
Apa di sini juga dijual batik sebagai souvenir, mbak?
Beberapa kali ke Pekalongan aku belum sempet mampir. Next kalau ke sini bakalan masuk list. Btw, mirip museum batik danarhadi nggak ya?
HTM Ke Museumnya murah banget deh kalo ingat bisa tau banyak hal di Museum Batik ini. Ramaikan yang senang berkunjung mba?
Lah, aku baru tau ada museum batik. Jadi pengen belajar membatik di museum itu
Di Indonesia ada berapa museum batik ya
Sayang yah, tempat wisata sebagus ini kalah pamor dengan tempat wisata kekinian. Padahal museum ini bisa kasih kita wawasan yang luas.
Menarik ya. Saya baru pernah ke museum tekstil di Jakarta Dan belajar membatik di Sana. Jadi pengen ke pekalongan nih.
Iya. Bener2 penasaran. Jadi ingin ke Museum Batik juga. Sering lewatin doang nih Pekalongan kalau ke Semarang
pengen banget belajar batik lagi, terakhir jaman SD.
Makasiww mba dewi buat sharingnya
Murah banget HTM nya masuk museum batik ini. Udah gitu bisa belajar membatik juga disana.
Klu ke Pekalongan paling cm lewat doang pas mudik, hehe.. Kapan2 pingn mampir dan belajar membatik
Duh, jadi ngecek lemari deh. Kayanya aku belom punya batik khas Pekalongan deh.
Asyik banget yaa belajar mbatik, dulu waktu SMA juga pernah belajar mbatik di Jogja walau susah ku tetap berusaha keras demi mendapatkan hati si mas Jogja hahaha.
Kalau ke Pekalongan, ku kan mampir ke museum ini! ?