All, Review

Masih Banyak “PR” untuk Menjadikan OYPMK Berdaya

OYPMK - setyodewi.com 1

Apa itu OYPMK? Mengapa masih banyak “PR” untuk menjadikan OYPMK berdaya?

Mungkin teman-teman banyak yang belum pernah dengar istilah ini. OYPMK atau singkatan dari Orang Yang Pernah Mengalami Kusta adalah istilah yang disematkan untuk penyintas kusta atau orang yang pernah menderita penyakit kusta. OYPMK ini memang kebanyakan masih belum mendapatkan pekerjaan sebagaimana mestinya. Belum berdaya. Mereka masih terpinggirkan. Masih dianggap tidak mampu.

Lalu kusta itu apa? Jangan-jangan belum pernah tahu juga ya? Hehe.

Kusta atau lepra adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium leprae yang dapat menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf, alat gerak, dan mata. Gejalanya berupa bercak-bercak pada kulit yang kemudian disertai dengan mati rasa dan lemas pada tangan dan kaki. Kusta merupakan penyakit infeksi kronis, namun dapat disembuhkan. Komplikasi berat pada kusta bisa menyebabkan penderitanya mengalami disabilitas seperti kebutaan, gagal ginjal, cacat, dll.

Apakah kusta menular? Iya, tetapi hanya jika terus-terusan kontak dengan penderita kusta dalam waktu yang lama. Penyakit ini memang pernah menjadi momok dan dikatakan penyakit yang dibenci hingga penderitanya pun seolah mendapatkan keterasingan dan menjadi dijauhi.

Diskriminasi dan Stigma terhadap OYPMK

Hingga sekarang, diskriminasi terhadap OYPMK masih terjadi di masyarakat. Meskipun sudah sembuh dan sudah kembali ke masyarakat, masih banyak tantangan yang mereka hadapi. Masyarakat masih takut untuk tertular. Padahal tidak akan mudah menular jika hanya melihat, bertemu atau hanya berinteraksi secukupnya. Tapi, ya begitulah anggapan yang sudah ada. Apalagi jika melihat penyintas kusta dengan penampilannya. Orang mungkin nggak mau dekat-dekat. Bahkan keluarga sendiri pun belum tentu menerima setelah mereka selesai menjalani pengobatan.  Padahal jika mereka memang sudah sembuh, maka selayaknya kita terima mereka sebagaimana biasa. Mereka juga manusia yang perlu dimanusiakan.

Tantangan di Dunia Kerja

OYPMK dan disabilitas juga masih sulit mendapat akses pekerjaan. Pada 2019 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) disabilitas sebesar 45,9%, artinya dari 10 penyandang disabilitas usia kerja, hanya 5 yang masuk dalam angkatan kerja. Angka ini hanya sepertiga dari TPAK non disabilitas. Rendahnya TPAK disabilitas menandakan kesulitan yang dialami penyandang disabilitas dan OYPMK dalam pasar tenaga kerja.

Dalam sebuah talkshow yang diadakan oleh media berita KBR bekerja sama dengan NRL Indonesia, dibahas tentang tantangan OYPMK di dunia kerja dan bagaimana peran pemerintah untuk peningkatan taraf hidup mereka. OYPMK dianggap tidak produktif karena minimnya pendidikan dan keterampilan. Terlebih jika keadaan fisik mereka pasca sakit masih menyisakan kecacatan. Mereka dianggap tak memiliki kemampuan yang layak untuk bekerja.

OYPMK - setyodewi.com 3

Salah satu narasumber talkshow, drg. Agus Suprapto M. Kes. dari Kemenko PMK mengatakan bahwa masalah klinis sebetulnya sudah bisa diatasi dengan pengobatan. Yang lebih penting adalah setelah pengobatan selesai, bagaimana peran Kemnaker, bagaimana kehidupan sehari-hari mereka, juga bagaimana tindak lanjut untuk keluarga yang kontak erat dengan mereka. Itu adalah tanggung jawab bersama.

Agus juga menambahkan bahwa kita tidak bisa memungkiri sikap masyarakat yang masih takut dengan OYPMK. Namun, di lain pihak OYPMK tetap berhak mendapatkan kesetaraan layaknya orang normal.

Mahdis Mustafa, Seorang OYPMK Berdaya

Mahdis Mustafa yang juga menjadi narasumber dalam talkshow adalah seorang penyintas kusta. Saat ini ia bekerja sebagai supervisor cleaning service di sebuah rumah sakit di Makasar. Ia terdiagnosis kusta pada tahun 2010 dan selama 9 bulan pengobatan baru tahu bahwa ia menderita kusta. Mahdis juga merasakan bahwa stigma masyarakat di daerah masih tinggi. Ia pernah mengalami dijauhi orang saat naik angkutan umum, penumpang berbisik-bisik dan memalingkan muka. Namun, hal itu tak membuatnya hilang semangat. Keterbatasan biaya dan tak ingin menjadi beban orang tua mendorongnya untuk menjadi berdaya. Ia memberanikan diri melamar pekerjaan sebagai cleaning service. Mulanya ia menawarkan untuk tak dibayar membersihkan sendiri kamar tempatnya dirawat. Kemudian ia pun mendapat kontrak pekerjaan melalui perusahaan outsourcing PT. Azaretha Hana Megatrading.

OYPMK - setyodewi.com 2

Saat ini ia membawahi dua tim cleaning service. Ia pun merasa bangga karena sebagai OYPMK masih mampu dan dipercaya oleh perusahaan. Meskipun awalnya masih mendapat perbedaan perlakuan misalnya tidak ditempatkan di area-area yang bersinggungan dengan masyarakat umum, seiring waktu, perusahaan telah membolehkan mereka bekerja di divisi yang berinteraksi dengan publik.

NRL Indonesia

Keberhasilan Mahdis tak lepas dari peran NRL Indoneisa, sebuah lembaga nonprofit yang bergerak mendorong pemberantasan kusta dan inklusi bagi orang dengan disabilitas termasuk akibat kusta. NRL membawa misi untuk pencegahan penularan kusta, meminimalkan terjadinya disabilitas dan juga mengupayakan inklusivitas. Salah satu proyek yang dilakukan NRL adalah proyek LEAP yang mendorong kebijakan di sektor ekonomi agar penyandang disabilitas termasuk OYPMK dapat mengakses pekerjaan formal maupun informal.

Mahdis Mustafa juga bercerita bahwa ia pun awalnya diajak bergabung dengan NRL Indonesia. Saat itu kondisinya masih sakit parah dengan kondisi kulit yang hancur. Awalnya ia tak berminat, namun kemudian ia memberanikan diri melamar pekerjaan.

Pesan Mahdis untuk OYPMK

Mahdis juga menyampaikan sepanjang diberi ruang, waktu dan kesempatan, para OYPMK insya Allah bisa. Stigma itu sebenarnya masih bisa ditepis oleh OYPMK sendiri selama mau berusaha, mencari, dan belajar. Karena masalah utamanya adalah pendidikan. Banyak OYPMK yang berasal dari kalangan bawah dengan minim pendidikan dan keterampilan.

Mahdis berpesan kepada OYPMK lainnya untuk tetap belajar, mencari ilmu, percaya atas kemampuan yang dimiliki. Jangan mau dipandang bahwa tidak bisa apa-apa, tidak punya keterampilan. OYPMK juga sebaiknya menunjukkan kepada pemberi kerja bahwa keterbatasan fisik tidak membatasi kemampuan kerja.

Sinergi Pembangunan Inklusi

Dari ulasan di atas, kita memang masih punya banyak “PR” untuk menjadikan OYPMK berdaya. Sinergi pembangunan inklusi diperlukan sebagai upaya peningkatan taraf hidup OYPMK. Yang bisa dilakukan antara lain adalah kerja sama berbagai kementerian yaitu Kemnaker, Kemdikbud, Kemkes, Kememdes yang bisa dikomandoi oleh Kemenko PMK dalam rangka mewujudkan inklusivitas dan kesetaraan OYPMK dan orang dengan disabilitas terutama di dunia kerja. Yang kedua, peningkatan literasi atau diseminasi informasi di lini masyarakat sangat diperlukan agar tak lagi muncul stigma di masyarakat dan pada akhirnya berubah menjadi penerimaan. Ketiga, yang tak kalah penting adalah mendorong perusahaan-perusahaan serta instansi pemberi kerja untuk lebih terbuka menerima pekerja dari OYPMK tanpa membeda-bedakan.

Itu semua adalah “PR” bersama. Kita sebagai masyarakat juga turut andil untuk mengambil peran dengan setidaknya menyadari dan menerima keberadaan OYPMK di lingkungan kita. Lebih baik lagi jika kita bisa membantu menyebarkan informasi kepada khalayak yang lebih luas. 🙂

Tagged , ,

About Dewi Setyowati

Blogger, Freelancer in Writing and Editing with former experience in recruiting, documenting, administering HR works as well as financial planning. This site contains my own ideas on travel, books, arts, events, story, also product/service review. It's about lifestyle aims a more meaningful life.
View all posts by Dewi Setyowati →

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *