Bagi yang suka banget sama sejarah kerajaan di Indonesia, napak tilas kerajaan Majapahit tentunya menjadi sebuah trip yang seru. Karena banyak tempat menarik yang akan dikunjungi, saya yang sebetulnya nggak terlalu suka banget sama sejarah akhirnya pengen juga ikut mengulik sejarah kerajaan besar yang pernah berjaya pada masanya ini. Trip napak tilas sejarah Kerajaan Majapahit ke Trowulan Mojokerto Jawa Timur ini diadakan oleh komunitas kami Klub Blogger dan Buku BPJ (KUBBU), pada tanggal 10-12 Agustus 2018. Total rombongan kami hanya berjumlah 12 orang. Sebagian ada yang berangkat dari Jakarta, ada juga yang dari Yogya dan Surabaya. Trip ini adalah salah satu program dari Kubbu yaitu Tour Based on Book, trip berdasar buku Babad Tanah Jawi yang pernah dibahas juga dalam diskusi mingguan QT Kubbu. Selain Mas Achi, satu CP (Contact Person) trip ini, Nasa adalah pemerhati sejarah, pernah mengajar sejarah juga. Jadi udah nggak diragukan lagi pengetahuannya tentang ini.
Sore itu, saya beserta 7 orang peserta lainnya berangkat dari Jakarta menaiki kereta Matarmaja dari stasiun Pasar Senen. Perjalanan memakan waktu sekitar 13 jam sampai di stasiun Kertosono, Jombang. Setelah sempat sarapan nasi pecel di dekat stasiun, kami naik mobil elf sewaan sekitar 1,5 jam langsung menuju tujuan pertama yaitu Museum Majapahit di Trowulan. Peserta selain dari Jakarta langsung berkumpul di sini juga. Situs peninggalan kerajaan Majapahit tak hanya terletak di satu tempat atau di museum ini saja, melainkan satu kawasan, kecamatan Trowulan. Dari hasil penelitian dan penggalian situs di Trowulan, dalam satu kawasan ini banyak peninggalan berupa candi, makam, prasasti, situs pemukiman, situs agama, situs upacara, situs pasar, kolam, artefak dan benda-benda bersejarah lainnya.
Sekilas Trowulan dan Majapahit
Menilik sejarah, diperkirakan terbentuknya kerajaan Majapahit adalah setelah Raden Wijaya berhasil melarikan diri saat diserangnya Kertanegara oleh Jayakatwang. Kertanegara terbunuh sedangkan Raden Wijaya diampuni Jayakatwang dan diberikan tanah di desa Tarik. Jayakatwang kalah diserang Kubilai Khan dan akhirnya Raden Wijaya lah yang mendirikan Majapahit. Awal mulanya ibukota Majapahit ada di desa Tarik, di mana terdapat pohon maja yang rasanya pahit. Hingga akhirnya diberi nama Majapahit. Diperkirakan karena terkena banjir, ibukota Majapahit akhirnya dipindahkan ke Trowulan. Majapahit sendiri masyhur sebagai kerajaan yang besar, didukung dengan perekonomian yang produktif dari sektor pertanian. Kehidupan kerajaan Majapahit yang religius dan peradabannya terekam dalam karya sastra di antaranya Negarakertagama dan Sutasoma. Potret arsitektur Majapahit tercermin dari teknologi rancang bangun yang dibuktikan dengan dibangunnya candi-candi yang megah. Dari struktur pemerintahan, Majapahit juga mempunyai aparat pemerintahan yang lengkap. Kemasyhuran Majapahit surut dengan seringnya terjadi perang saudara yang akhirnya merapuhkan kerajaan besar ini.
Museum Majapahit / Museum Trowulan
Bangunan museum Majapahit bermula dari sebuah kantor yang dijadikan tempat penelitian situs Trowulan oleh Bupati Mojokerto, RAA Kromodjojo Adinegoro bersama ilmuwan Belanda, Ir Henry Maclaine Port, yang pada tahun 1926 akhirnya tereralisasi menjadi museum. Namun, dengan semakin banyaknya koleksi penemuan yang harus disimpan, museum sempat dipindahkan ke tempat yang lebih besar. Banyak peninggalan purbakala yang disimpan di museum ini. Selain artefak, benda koleksi museum antara lain koleksi tanah liat (terakota), keramik, logam, koleksi batu.
Di bagian belakang museum terdapat beberapa batu-batu prasasti yang agak besar, termasuk patung Garuda Wisnu Kencana yang disimpan di sana. Ada juga rekonstruksi bentuk rumah zaman Majapahit, namun yang ini dindingnya bolong, mungkin untuk memperlihatkan bagian dalamnya yang tanpa sekat. Kami juga sempat melihat maket kawasan trowulan yang dipajang di belakang museum. Dari maket ini kita bisa melihat keseluruhan denah peninggalan Majapahit di Trowulan. Di belakang museum bagian selatan, terdapat situs pemukiman. Menarik sekali karena kita bisa melihat sisa-sisa bangunan atau rumah di pemukiman itu. Pertama saya heran karena bentuknya semacam kolam kering, di dasarnya terdapat batu-batu gitu. Ternyata memang penggaliannya satu area dikelilingi semacam dinding. Kita juga tidak boleh turun untuk menginjak atau melihat dari dekat. Bentuk yang bisa kita lihat secara fisik memang hanya berupa batu bata, batu-batu kecil, tangga berundak, batu-batu semacam pondasi rumah. Namun dari analisis arkeologis bisa dilihat kapasitas ruangnya, menghadap mana, lalu juga adanya selokan di pemukiman tersebut. Di luar museum dekat situs pemukiman ini juga masih ada pohon maja. Tentunya kami nggak melewatkan kesempatan untuk manjat dan foto ahaha.
Kolam Segaran
Setelah puas berkeliling museum, kami menuju Kolam Segaran yang letaknya tak jauh dari museum. Sambil istirahat, kami mampir di warung sambel wader. Warung makan ini menyediakan berbagai makanan khas Jawa Timur, didominasi dengan ikan goreng. Namun, yang paling khas di sini adalah sambel wader. Sejak dari Jakarta kami sudah diiming-imingi kuliner ini sama Mas CP Achi, hehe.. Memang ternyata enak sekali pecel wadernya. Ikan wader kecil-kecil, digoreng lalu disajikan dengan sambal terasi dan lalapan, mirip pecel lele. Seusai makan, baru lah kami eksplor Kolam Segaran. Kolam ini cukup luas dan merupakan salah satu waduk peninggalan Majapahit yang punya cerita unik. Konon kolam ini digunakan sebagai tempat rekreasi untuk menjamu tamu dari luar negeri. Jika jamuan sudah usai, maka peralatan perjamuan berupa piring, mangkuk, sendok, gelas, dll yang terbuat dari emas dibuang ke kolam ini untuk menunjukkan betapa kayanya kerajaan Majapahit. Tapi setelah para tamu pulang, barang-barang tersebut diambil kembali, karena ternyata ada jaring di bawahnya, hehehe. Ada juga cerita bahwa kolam ini dahulunya dibangun untuk menambah kesejukan/kesegaran udara kota Majapahit.
Eksplor Candi-Candi
Destinasi eksplorasi selanjutnya adalah melihat keagungan karya arsitektural Majapahit berupa candi-candi di kawasan Trowulan. Ada banyak candi di kawasan ini, namun hanya beberapa saja yang kami kunjungi. Ada yang berbeda yang kami lakukan dalam hal eksplorasi candi ini yaitu kami menjelajahi candi dengan memakai kostum busana Jawa. Turun dari mobil elf kami bawa properti lengkap berupa kain jarik, beskap dan blangkon untuk yang cowok, kebaya untuk yang cewek. Kami sudah siapkan kostum ini sejak dari Jakarta. Memang tidak ada dresscode khusus untuk trip ini, hanya kesepakatan sebagian dari kami saja yang memang ingin berfoto dengan gaya lebih klasik. Mumpung lokasinya ada di area candi. Kami pun ganti kostum di bawah pohon, haha. Peserta trip yang nggak bawa kostum kami pinjamkan karena kebetulan kami membawa lebih. Satu hal lagi sebagai bentuk totalitas kami adalah dengan berjalan tanpa alas kaki di area candi meskipun panasnya minta ampun, hahahah.
Candi Tikus
Ditemukan pada tahun 1914, candi Tikus terletak di bawah permukaan tanah dan merupakan candi petirtaan karena terdapat pancuran di dinding-dindingnya. Konon airnya dianggap air suci. Miniatur candi yang ada di tengah melambangkan gunung Mahameru tempat dewa bersemayam dan sumber segala kehidupan dilambangkan dalam bentuk air mengalir. Saat kami ke sana sih tidak ada airnya. Candi Tikus didominasi batu bata dan berbentuk bujur sangkar, ditemukan karena ada laporan penduduk bahwa ada wabah tikus yang bersarang di gundukan. Setelah digali ternyata di dalamnya terdapat candi.
Candi Bajang Ratu
Masih dengan pakaian kebangsaan, kami menuju lokasi kedua yaitu candi Bajang Ratu. Kesan pertama saya melihat candi ini, wow cantik sekali. Candi Bajang Ratu diperkirakan berdiri pada abad 13-14 M dengan bahan utama batu bata dan belum pernah dipugar. Candi ini diperkirakan sebagai pintu masuk ke bangunan suci untuk memperingati wafatnya Raja Jayanegara, didukung dengan adanya relief Sri Tanjung dan Sayap Garuda yang melambangkan pelepasan. Yang juga menarik perhatian kami adalah hiasan di bagian atap candi yaitu kepala Kala yang diapit singa. Relief Kala ini merupakan mahakarya seni yang sangat indah, membuktikan kepiawaian seniman pada masa itu.
Candi Wringin Lawang
Disebut juga Gapura Purawaktra, candi ini diperkirakan merupakan pintu gerbang kerajaan Majapahit. Dengan tipe candi bentar (terbelah dua), candi Wringin Lawang ini tak kalah mengagumkan. Bahkan diduga gerbang Purawaktra ini adalah pintu menuju kediaman mahapatih Gajah Mada. Wallahu alam. Tinggi candi sekitar 11m membuatnya tampak megah. Berdiri di tengah-tengah candi ini jadi membayangkan seolah sedang memasuki gerbang kerajaan Majapahit. Menakjubkan, tetapi hanya dalam bayangan, hehehe.
Candi Brahu
Nah kalau candi yang ini bisa buat bersandar. Eh itu sih bahu ya, haha… Yang ini candi Brahu. Masih spekulasi apakah benar candi ini menjadi tempat krematorium para raja. Karena memang di dalamnya terdapat ruangan berukuran 4x4m dan ditemukan sisa-sisa arang dengan pertanggalan sekitar tahun 1400-an. Candi Brahu menjulang dengan tinggi sekitar 25m. Area sekitarnya sangat asri dengan rerumputan yang luas. Hari sudah menjelang sore dan kami pun sempat main-main dulu di rerumputan.
Desa Bejijong
Selesai main di candi, kami lanjutkan ke desa Bejijong yang memang masih satu kawasan dengan candi Brahu. Datang ke desa Bejijong kami seolah sedang menjelajahi pemukiman abad 14. Ya, desa ini adalah perwujudan kampung Majapahit di mana banyak peninggalan reruntuhan kerajaan Majapahit. Di desa ini juga lah tempat makam Raja Majapahit, Raden Wijaya yaitu Siti Inggil. Rumah di pemukiman ini masih berbentuk seperti rumah rakyat biasa zaman Majapahit, dengan berbentuk pendopo dan daun pintu kembar. Namun, atapnya sudah dimodifikasi dengan atap modern. Pada pagar di depan rumah terdapat simbol Surya Majapahit yang merupakan peninggalan kesenian khas Majapahit. Pada simbol ini terdapat sembilan dewa penjaga mata angin yang disebut Dewata Nawa Sanga.
Trip Sarat Ilmu
Kerajaan Majapahit sudah berlalu 700 tahun yang lalu, namun peradabannya menyisakan nilai historis yang tinggi dan ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari sampai sekarang. Trip ini bagi saya sangat sarat ilmu. Yang tadinya nggak ngerti sejarah kerajaan ini, jadi sedikit lebih tahu. Betapa orang zaman dulu sudah punya peradaban yang sangat tinggi. Tinggal kita aja nih sekarang yang meneruskan dan melestarikan nilai-nilai yang ada.
Trip sejarah ini tak hanya berakhir di Trowulan, tetapi masih lanjut ke Kediri dan Blitar mengunjungi makam Bung Karno, Istana Gebang, juga Candi Penataran. Lain kali saya ceritain yaa.. Yang ini cukup sekian dulu. 🙂
Kerajaan Majapahit adalah salah satu simbol dari masa keemasan Nusantara. Sayangnya, kerajaan ini juga terlena oleh masa kejayaannya hingga kini hanya bisa dikenang dalam sejarah.
Semoga trip Napak Tilas Kerajaan Majapahit ini bisa membangkitkan semangat kemajuan yang dulu pernah ada dalam genggaman bangsa ini.
Iya betul Kak Maria, napak tilas kerajaan Majapahit ini bener-bener ngingetin bahwa peradaban zaman dulu sudah maju dan harus memberikan motivasi buat kita di zaman sekarang, hehehe..
Baca ini jadi keinget lagi ribet-ribetnya kita ganti baju, cari spot foto, trus kepanasan di candi. Hahaha … seru banget! Selama jalan di sana juga keinget terus buku Gajah Mada. Jadi bisa mbayangin tempat-tempat yang ada di buku. Yang lebih menakjubkan, rasanya tuh bisa kayak ada di Kerajaan Majapahit beneran. Malah sempet mbayangin juga ada prajurit berkuda yang masuk lewat Gerbang Purawaktra. Trus prajurit itu brenti dulu karena ada penjaga gerbangnya. Izin masuk, gitu 😀
Prajurit berkudanya bayar HTM dulu di loket ya hahaha.. Trus ada stempelnya simbol Surya Majapahit gitu.
Kolam Segaran kocak juga kisahnya. Biar kerajaan Majapahit kelihatan kaya, emas aja dibuang-buang. Ternyata oh ternyata…
Hahaha… orang di zaman Kerajaan Majapahit udah punya ide cerdik begitu ya…
Seru banget tripnya. Kapan KUBBU ke Trowulan lagi. Aku pengen banget ke tempat-tempat yang ga biasa kayak gini.
Setelah kerajaan Majapahit yang notabene Hindu Budha, next trip kita akan napak tilas ke Kerajaan Islam di Jawa Tengah, Mbak.. tunggu aja infonya yaa.. hehe
Waaah, baca ini jadi inget kampungku…
Asyik bener napak tilasnya. Ruteku pulang dulu ini, Mbak, naik KA turun Kertosono.
Seneng baca sejarah seputar Kerajaan Majapahit ini.
Oh ya ke Kediri kemana saja?
Salfok sama pecel wadernya saya dan ngakak saat baca cerita tentang Kolam Segaran:D
Wah Mbak Dian asli mana memangnya? Kediri hanya ke Monumen Simpang Lima Gumul aja sama keliling kota sambil makan malam. Setelah itu langsung lanjut Blitar.
aku masih belum puas, karena ada situs patirtan yang nggak sempat dikunjungi, next pengen eksplore lagi kayaknya
Itu Nasa juga masih mau liatin batu seharian…diulang lagi, terutama sambel wadernya, hahaha…
Benar benar Napak Tilas Kerajaan Majapahit ini. Info nya lengkap dan bermanfaat, photo photo nya keren punya. Jempol pokoknya mba.
Terima kasih Mbak Ifa. Belum puas sih sebenernya itu napak tilasnya, masih kurang lama haha..
Memang selalu seru kalau baca cerita Kerajaan Majapahit ini. Terima kasih udah sharing ini ya Kak.
Sama-sama Mas Firdaus. Iya seolah kita terbang lagi ke zaman Kerajaan Majapahit, hehe…
Waahh seru juga yaa wisata sejarah, aku sebelumnya kurang minat sama wisata sejarah gini, pas baca cerita Mba ternyata menarik juga yaa mengulas sejarah2, btw kostumnya cucok bgt hho
Hehehe iya Mbak, sama kok, aku juga jadi minat sama sejarah karena ikut napak tilas ini..
Aku tuh entah kenapa jika baca cerita ada unsur sejarahnya, seperti belajar dari nol lagi mba e. Susah banget inget satu persatu. Tapi gapapa, ceritanya aku sukaa, jadi bikin aku baca lagi dan baca lagi. Sayang ya aku ga bias ikut waktu itu.
Iya sayang Cha banyak yang nggak bisa ikut waktu itu..
Wah trip yang menarik sekaligus terniat yaa, hehe oya mba kalo keliling objek sejarahnya apakah ada guide yang memandu kita?
Tidak ada guide yang memandu Mbak, langsung kita eksplor sendiri, hanya saja Mas Achi memang pernah ke sana sebelumnya, hehe…
Saya mengingatnya sebagai trip SC rasa private penuh manfaat dan kenangan.
Terimakasih Kubbu untuk Napak Tilas Kerajaan Majapahitnya.
Hehe iya Kak Tuty, aku baru ketemu pertama kali Kak Tuty malah pas napak tilas Kerajaan Majapahit,, sungguh berkesan. 🙂
Aku itu ndak suka pelajaran sejarah, tetapi pas baca artikel ini lebih mudah mencerna kalo memang langsung ke tempat asal sejarah itu.
Jadi bisa membayangkan dan mudah inget tokoh-tokohnya apalagi tahunnya. Hehe…
Seru nih mba Dewi jalan-jalan berfaedahnya. Jadi nambah ilmu buat yg bacanya juga.
Sama, Mas Beni. Aku paling susah belajar sejarah. Ngapalinnya males hahaha.. Tapi kalau langsung ke tempatnya memang asik sih..langsung napak tilas, kayak ke Kerajaan Majapahit ini hehehe..
Ini trip yg flayernya aku bikin kalau ngga salah yaa….hehehe…deuuh selalu takjub dengan cara penyajian tulisan, foto-fotnya…suka banget, berasa nyeseel ga ikutan dan ngga ada diantara peserta itu yg ada….dah gitu tema tripnya sakral lagi…hiks pengeen…
Wah baru tau kalau mas Agus yg desain flyer buat trip ini. Keren laah..Hehe..InsyaAllah nanti diadakan lagi. Masih banyak yang belum dieksplor juga pas di sana. Selalu ga cukup sehari buat kunjungin tempat-tempat seperti itu.
Hora ada futuku… Semenjak itu, aku jadi semangat lho mbak klo pas hari disuruh pakai gagrak ngayoyakarta.. pake kebaya-kebaya gitu.. biasanya males banget soalnya ribet
Hahaha… ribet tapi asik kan Mbak..
Ahh akhirnya naik juga tulisan ini. Sedih ku tak ikut trip ke Mojokerto. Aku tuh selalu suka sama ide cerita timeslip gitu. Kalau aku ikut tur Majapahit, pasti membayangkan bisa timeslip ke era keemasannya. Next trip harus ikutan aahh
Membayangkan dijemput Pangeran berkuda, diajak keliling kota Majapahit dan bercengkerama di keputren ya Kak,, hehehe,, ngayal jadinya nih. Next trip harus ikut, Kak.. 🙂
keren ya. kapan2 adain lagi dong trip napak tilas kerajaan majapahit. aku jg pengen ikutan.
insyaAllah nanti diadakan lagi, Kak Inez, hehe…
Sedih nggak bisa makan pecel wader.. lah salah fokus.. ahhaha..
Pengen banget ih padahal trip trowulan bareng.. napak tilas kerajaan majapahit..
Padahal tiap tahun setiap mudik selalu lewat trowulan.. tapi nggak pernah bisa mampir.. hiks..
Sambel wader memang salah satu tujuan utamanya, Len, hehehe… Nanti kapan-kapan diulang lagi, napak tilas kerajaan Majapahit edisi selanjutnya. 🙂
Ya allah.. trip napak tilas majapahit ini memang seru banget.. tapi sedih.. semua foto2nya ilang… Hiks…
yaah .. sayang banget Bang ilang semua. foto-foto dari Babang juga di aku ilang semua sih ..hiks
Keren bangeet kakaaaak…
Jadi pengen sambel wader???
itu dia sih yang bikin kangen hahaha.. badogers club
Wah..Ini trip yang bikin aku iri. bagaimana tidak coba? Bisa Napak Tilas Majapahit ke Trowulan. Awal-awal sudah gabung group WA nya, tetapi apalah daya. Ada tugas negara.
InsyaAllah lain waktu bisa datang ke sana Mas Taumy.. disempatkan napak tilas Majapahit yang lebih lengkap nanti hehehe..
Ngakak baca yang kolam segaran mba, boleh dicoba nih di rumah wkwkwk kalau ada tamu kulempar piringnya padahal udah ada jaringnya yak 😀
mantaap napak tilasnya aku jadi kembali lagi seperti belajar sejarah 🙂
waahahahha… rusuh entar Mbak kalau dicobain di rumah wkwkwk
Ahh akhirnya naik juga tulisan ini. Sedih ku tak ikut trip ke Mojokerto. Aku tuh selalu suka sama ide cerita timeslip gitu. Kalau aku ikut tur Majapahit, pasti membayangkan bisa timeslip ke era keemasannya. Next trip harus ikutan aahh. Fotonya bagus banget Mba
Nama2 candinya unik ya mom, belum pernah berkunjung kesana, biasanya kalau naik KA Matarmaja ya cuma ke Malang aja, hihii.
Semoga bisa wisata ke situs2 bersejarah, rame2 malah seru ya.
Hehe iya Mba, napak tilas Majapahit ini muatan sejarahnya tinggi banget. Bisa dicoba kapan-kapan.
Saya paling suka sejarah kayak gini mba, dan lokasinya cuman segelindingan dari tempat kami daaannn saya belom pernah ke sini hahaha.
Kudu direncanakan nih, ternyata menarik bangeett.
Padahal dulu sering banget lewat Mojokerto, tapi gak pernah kepikiran mau mampir ke wisata sejarahnya 😀
Hahaha.. biasanya yang dekat malah belum pernah ya Mbak.. Iya tuh cobain mbak napak tilas Majapahit, balik lagi ke abad 14.
Majapahit ini dulu kerajaan teebesar di Indonesia ya. Wajib di pelihara ya peninggalannya buat cerita ke anak cucu nantinya, saya pun belum pernah kesana.
Betul Mbak.. alhamdulillah bisa napak tilas Majapahit juga ke sana hehe..
Wah jombang ya mba. Dulu aku kira Jombang cuma ada di ciputat ternyata di Jawa juga ada. Aku belum pernah kesana sih, hehe. Anw ke museum bbrsejarah gii memberikan wawasan baru buat kita dna tentunya melestarikan budaya.
Kalau napak tilas Majapahit ini di Mojokerto Mbak.. Jombang itu pas kita turun kereta aja hehehe..ke Mojokerto masih sekitar 1,5 jam.
Saya suka sekali membaca sejarah, apalagi sejarah Majapahit. Yang pasti, saya suka dengan kisah-kisah jaman kerajaan gitu 🙂
Nah sekali-kali napak tilas Mbak.. kayak ke Majapahit ini hehehe..
Kolam segaran bener bener membuat segar yah setelah berkeliling eksplor ke tempat berkesan, apalagi setelah mengunjungi situs sejarah seperti candi . Jadi mau ke sana
Betul Mbak, hehehe..
Bacanya serasa lagi baca buku sejarah. Seru banget mbak perjalanannya. Pengen deh aku juga main-main ke sini. Seru kayaknya..
Cobain Mbak.. hehehe mainan di candi asik kok…
Seru banget yaa napak tilas nya bun. Harus nya kemarin aku ikut, siapa tahu masih ada sisa sisa mas mas kerjaan Majapahit yang siap digandeng ke pelaminan.
Sambal Wader nya meni enak pisan kayanya yaa. Hehe
iya.. aturan ikut tuh, nambah satu kan abdi dalem yang rusuh ahahah…
Wah seneng ya bisa nge trip di Mojokerto. Tahun kemarin aku sama suami dan anak-anak juga berkunjung ke beberapa candi yang ada di Mojokerto, Museum Trowulan, dan Patung Budha Tidur. Tapi sampai sekarang belum membuat tulisan di blog. Ampuun deh… pingin ah menuliskannya meski sudah lewat agar menjadi catatan sejarah kunjungan pribadi hehehe
Sama kok Mbak, itu aku tripnya juga bulan Agustus tahu lalu, hehehe… Kuy tulisin Mbak..
Saya penasaran banget dengan Majapahit, dulu waktu masih sekolah bahkan sampe disuruh sama guru menghafal sejarah majaphit, hahaha. Tapi skrg udah samar-smar ingatannya. Beruntungnya mba bisa langsung mengunjunginya, baca ini jadi lebih tau lagi ttg Majapahit. Semoga peninggalan sejarah dipelihara dengan baik-baik
Iya Mbak.. kebalikan ih malah.. aku sama sekali ga penasaran, tapi jadinya sekarang malah suka hahaha…
Nama-nama candi dan desanya unik ya mbak. Pasti seru jalan-jalannya, asik dan mendidik.
Haha iya Mbak, nama candinya juga ada maknanya masing-masing itu hehehe..
Ya Allah lama banget gak ke sana, Museum Trowulan dll. Dulu zaman SD tu suka ke sana beberapa kali 😀
Alhamdulillah awet ya situs sejarahnya. Moga kalau mudik ke Sby aku bisa ajak anak2 mengunjungi Trowulan 😀
Wah asik banget bisa ke sana beberapa kali Mbak hehe.. iya anak-anak bisa tuh diajak napak tilas Majapahit, main-main ke candi, hehe..
Menarik banget ya kalau mengunjungi langsung situs-aitus sejarah kerajaan ini. Pastinya ada rasa kagum.
Dan saya mulai berandai-andai, andai diangkat jadi drama seperti drama korea gitu. Pasti seru. Wkwk
hahaha… bisa jadi booming kali entar ya Mbak, dibikin seperti drama Korea, hehe..
Waaah seru banget mbak! Pengen ah nanti melakukan ini juga. Makasih list tempat wisatanya mbak 😀
Hehe sama-sama, Mbak… 🙂
serunyaaaaa…. pengen juga nih wisata ke kerajaan Majapahit, next bisa diagendakan ah buat liburan kesana, makasii infonya ya mbak
wah keren acaranya. kalau napak tilas begini jadi lebih asyik belajar sejarahnya jadinya.