Sungguh pengalaman yang tak terlupakan dan bagaikan mimpi bisa ikut pentas wayang orang di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Mimpi karena saya sekali pun belum pernah ke GKJ untuk nonton sebuah pertunjukan. Nggak pernah nyangka kalau bakal terlibat dalam sebuah pementasan besar seni wayang orang. Ya, ini adalah pagelaran wayang orang dari paguyuban Satya Budaya Indonesia dengan lakon Adeging Nagari Indraprasta (Berdirinya Negara Indraprasta), berlangsung tanggal 2 November 2018 di Gedung Kesenian Jakarta.
Ajakan Latihan Bersama
Awalnya, komunitas tempat saya main gamelan, Samurti Andaru Laras, diajak untuk latihan bersama oleh salah satu pelatih gamelan di gedung Blue Bird. Infonya kami akan ikut berlatih gamelan yang akan dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang orang. Kami pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Hari Minggu itu awal bulan September, latihan yang biasanya diadakan di pendopo Duren Tiga dialihkan ke gedung kantor pusat Blue Bird, Mampang. Kami datang berdelapan. Ternyata saat itu malah tidak jadi latihan gamelan. Di samping karena pelatihnya tidak datang, saat itu juga sedang akan diadakan rapat yang ternyata membahas pagelaran wayang orang dari paguyuban seni Satya Budaya Indonesia. Kami pun ikut dalam rapat tersebut, hasilnya kami diizinkan untuk ikut latihan, bergabung dengan tim tari karena gamelan sudah di-handle langsung oleh mereka.
Sekilas Satya Budaya Indonesia (SBI)
Saya nggak begitu tahu banyak sih tentang Satya Budaya Indonesia (SBI) ini. Yang saya tahu, SBI adalah satu peguyuban seni yang berisikan profesional dari berbagai kalangan, seperti karyawan, para pimpinan perusahaan, anggota TNI, purnawirawan dan yang lainnya. Banyak juga di antara mereka yang sudah purna kerja alias pensiun. SBI didirikan pada 21 Maret 2006 dan dipimpin oleh CEO Blue Bird group, Ibu Endang Purnomo. Anggotanya sebagian besar adalah karyawan Blue Bird, tetapi ada juga karyawan hotel Sahid. Sampai tahun 2016, SBI sudah mengadakan pementasan wayang orang sebanyak 23 kali. Setidaknya setahun sekali atau dua kali mereka pentas. Pementasan wayang orang kali ini adalah yang ke-24 setelah vakum 2 tahun. Menariknya dari paguyuban ini adalah, mereka sama sekali bukan pekerja seni atau pemain wayang orang tulen, namun sangat berdedikasi untuk melestarikan budaya wayang orang ini dengan sepenuh hati. Salut!
Lakon dalam Pagelaran Tahun Ini
Pagelaran wayang orang tahun ini mengambil lakon Adeging Nagari Indraprasta, berkisah tentang perjuangan para Pandawa mendirikan Amarta atau Indraprasta. Inti dari cerita ini mengisahkan Pandawa yang masih bertahan setelah pertempurannya dengan Kurawa. Karena dikhawatirkan Pandawa akan merebut Astina, maka untuk menyamarkan akhirnya Pandawa dihadiahi hutan Wanamarta atau kalau dalam lakon ini disebut Alas Mertani. Hutan ini adalah hutan angker yang banyak berisi jin. Saking angkernya sampai disebut “Jalma mara, jalma mati. Sato mara, sato mati.” Jika manusia datang akan mati, hewan datang pun akan mati. Maka diberikannya hutan ini kepada Pandawa tujuannya tak lain adalah agar Pandawa bisa terbunuh.
Pandawa kesulitan membabat hutan karena dihalangi oleh 5 jin penguasa hutan yang menyerupai mereka. Dalam kisah ini disebut Pandawa palsu. Berkat minyak Jayengkaton dari Arjuna yang dioleskan ke mata mereka, Pandawa mampu melihat makhluk halus tersebut, mengalahkan mereka dan menitis masuk ke dalam diri mereka. Akhirnya Alas Mertani pun dapat dikuasai dan dibabat menjadi negara Indraprasta. Ada moral cerita juga di sini. Bahwa Pandawa telah berhasil mengalahkan diri mereka sendiri saat mereka ada di dalam tubuh para jin tersebut. Pelajaran yang diambil adalah jika kita mampu mengalahkan diri sendiri, maka keajaiban itu akan datang.
Para Pemain
Sekitar hampir 100 orang pemain terlibat dalam pagelaran ini, dikomandoi oleh Ibu Exacty Budiarsi Sukamdani, pimpinan Sahid group, sebagai ketua pagelaran. Selain para anggota SBI, ada sekitar 20% pemain berasal dari seniman wayang orang Bharata yang sudah terkenal itu. SBI memang bekerjasama dengan WO Bharata dalam pagelaran ini. Sutradara, koreografer, pelatih tari pun dari Bharata. Pimpinan SBI Ibu Endang Purnomo serta putrinya Ibu Noni Purnomo yang sekarang menjadi Direktur Blue Bird pun ikut main. Ibu Noni lah yang akan meneruskan memimpin SBI ke depannya. Para pejabat lain yang turut menjadi pemain antara lain adalah istri Menteri Perhubungan Ibu Endang Budi Karya, Ibu Exacty , Mayjen TNI (Purn) Drs. Hendardji Supandji, dan Marsma TNI (Purn) Mulyono.
Para pemain dari SBI juga beragam usianya. Sebagian besar malah udah sepuh. Ibu Endang sendiri sudah 71 tahun. Sebagian dari mereka yang memerankan para garwa (para istri raja) juga sudah berusia lanjut. Memang mereka punya latar belakang penari di masa mudanya. Jadi meskipun fisik sudah tidak selincah dulu, tetapi penampilan mereka masih OK.
Nah, kalau kami, mewakili grup gamelan Samurti, bersyukur juga bisa ikut menjadi bagian kecil dalam pagelaran ini. Sebetulnya di awal lumayan banyak dari kami yang ikut latihan, namun akhirnya hanya bertiga saja, saya, Mas Achi dan Mas Puji. Memang kami harus komitmen latihan setiap hari Minggu, ini yang agak susah buat rekan-rekan. Padahal untuk pasukan jin butuh kru banyak, hahaha.. Saya juga hanya ikut menari gambyong sedangkan Mas Achi dan Mas Puji menjadi squad jin Alas Mertani.
Dinamisnya Latihan
Latihan diadakan seminggu sekali, tiap hari Minggu selama 3 jam. Maka sejak awal bulan September menuju pentas 2 November, total latihan diadakan 8x saja. Plus tambahan gladi resik sekali. Latihan dibagi-bagi per adegan dan saat sudah masuk di minggu pertengahan, selalu diadakan running adegan dari awal sampai akhir. Untuk kru putri dari Samurti, awalnya saya juga tidak sendiri ikut latihan menarinya. Kami memang mau belajar saja, mumpung yang melatih maestro tari dari Bharata. Urusan tampil atau tidak lihat nanti. Karena dari pagelaran memang sudah diplot para penarinya. Akhirnya tersisa saya sendiri yang ikut latihan sampai akhir dan ikut pentas.
Dari yang saya amati, latihan berjalan sangat dinamis. Minggu ini belajar ini, minggu depan bisa berubah drastis, hehehe.. Saya tadinya juga diplot ikut adegan para garwa, lalu gambyong juga, ikut dua-duanya, lalu akhirnya diminta fokus ke gambyong saja. Gerakan tari juga kadang berubah. Dinamisnya latihan ini mengikuti arahan sutradara dengan pertimbangan adegan, durasi, dll. Bahkan ada satu tambahan gerakan di tari Gambyong yang baru diinstruksikan sutradara saat kami gladi resik, hehehe. Ya, harus pintar-pintar adaptasi. Tari Gambyong yang kami bawakan juga tidak full, mencuplik beberapa gerakan dijadikan satu dengan durasi +- hanya 4 menit. Namun latihan ini sangat menyenangkan. Guyub sekali rasanya. Latihan selalu diakhiri dengan makan bersama. Kami juga memakai dress code dengan warna yang tiap minggu beda, untuk menjaga kekompakan.
Hari H Pementasan
Jumat, 2 November 2018, kami seluruh kru pemain sudah datang sejak jam 1 siang di GKJ. Rangkaian acara pagelaran hari itu dibuka dengan tumpengan, doa bersama, dan makan bersama. Jam 2 siang kami sudah bersiap untuk blocking di panggung, lalu dandan dan ganti kostum, hehehe. Padahal pentas baru akan dimulai jam 7 malam. Tak lain karena perias / MUA nya terbatas, 14 orang MUA untuk 100-an orang pemain. Belum lagi untuk pemakaian kostum dan aksesorisnya. Kalau saya sih agak santai, karena baru akan keluar di adegan terakhir. Paling make-up saja yang dilakukan di awal.
Bagi saya pribadi, ada satu hal yang menjadi concern. Sejak awal saya sudah memastikan terlebih dulu apakah ‘wajib’ melepas hijab atau tidak untuk keperluan pementasan ini. Ternyata dibolehkan tetap pakai hijab asal bisa dimodifikasi. Hari itu juga sebenarnya saya masih menduga-duga apakah tetap bisa berhijab apa nggak. Tari Gambyong itu pakem kostumnya adalah sanggulan. Akhirnya yang saya lakukan ya saya prepare sebaik-baiknya. Saya siapkan manset untuk kepala beberapa buah, tinggal pilih yang mana yang cocok. Alhamdulillah akhirnya bisa juga dimodifikasi dan aman. Soal make-up juga. Agar shalat tetap terjaga, saya wudhu dulu sebelum make-up dan bertahan untuk tidak batal sampai maghrib, hehehe. Jadi saya shalat asar dan maghrib aman. Setelah itu baru saya pakai kostum. Hari itu juga saya berdoa terus agar dimudahkan semuanya.
Overall acara pentas hari itu berjalan lancar. Dihadiri juga oleh Menhub, Bapak Budi Karya Sumadi, dan beberapa pejabat, saya nggak hafal. Penonton sih saya lihat nggak terlalu penuh. Mungkin karena pentas diadakan hari kerja dan juga harga tiketnya lumayan sih, start 150K. 🙂 Oiya, yang penasaran mau nonton pagelarannya seperti apa, bisa sih ditonton dari link ini.
Kesan yang Tak Akan Hilang
Bagi saya pengalaman pentas ini sangat berkesan dan nggak akan terlupakan. Selesai pentas rasanya bukan main senangnya. Bisa sepanggung dengan para maestro wayang dari Bharata, menari bersama mereka. Baru kali ini juga saya menari diiringi gamelan secara live. Ada satu hal sih yang selalu saya pegang dalam menjalani hobi seni ini. Rajin latihan itu kesenangan, sedangkan pentas itu bonus. Kita menjalani latihan ya enjoy aja. Latihan tak hanya sekadar saat mau pentas. Tapi tetap terus lakukan. Pada akhirnya pentas juga akan datang dengan sendirinya dan itu membahagiakan, hehehe. Salah satu insight yang juga saya dapat adalah bahwa melestarikan budaya tak hanya dari orang-orang yang benar-benar mendalami seni dalam hidupnya. Tetapi siapa pun dari berbagai kalangan bisa kok turut andil melestarikan seni. Satu lagi, jangan pernah merasa tua untuk turut melestarikan budaya. Terakhir, terima kasih Samurti Andaru Laras, terima kasih Satya Budaya Indonesia, terima kasih juga untuk teman-teman yang sudah nonton dan mendukung kami. Salam Budaya! 🙂
Assalamualaikum mbak Dewi,
Saya salut untuk komitmen SBI dan pihak-pihak lain dalam melestarikan kebudayaan kita, dalam hal ini Wayang Orang. Beberapa waktu lalu, dilingkungan tinggal saya juga ada sanggar budaya jawa. Walaupun tidak berbakat dan bukan berasal dari Jawa, saya suka mampir untuk ikut latihan sekedarnya. Asik ya. Semoga mbak terlibat lagi di pementasan atau event pelestarian budaya berikutnya. Oh ya saya juga salut dengan komitmen mbak untuk memperhatikan syariat. Salut pisan euy
Wa’alaikum salam Kak Tuty..terima kasih atas apresiasinya. Masih terus belajar, semoga bisa pentas lagi dan lebih baik lagi. Salut juga lah sama Kak Tuty ikut latihan..hehe
Memang benar kata pepatah, musuh terbesar kita sebenarnya ada dalam diri kita sendiri. Seperti para Pandawa, kita harus mampu berdamai dengan isu yang ada di dalam diri kita dahulu sebelum mulai mengejar mimpi kita.
Iya betul sekali Mbak Maria..
Two thumbs up buat Mbak Dewi yang masih mau dan terus melestarikan budaya seperti ini! Salut, Mbak!
Terima kasih Mas.. 🙂
Pastinya nggak akan terlupakan bisa turut serta bergabung menjadi bagian perhelatan kesenian di GKJ. Wayang orang memang harus dilestarikan biar generasi muda mencintai kesenian tradisional. Salut buat kak dewi!
Yes dan juga karena banyak pelajaran di dalamnya Mbak..banyak orang tidak tahu saja, hehehe..
Ah, pengalaman yg seru bgt bisa ikut pentas wayang orang ya mba Dewi.. saya juga suka nonton wayang orang.. waktu kecil hampir setiap Minggu diajak ke Bharata..
Wah keren udah biasa nonton..aku baru sekali Mbak, nonton wayang orang di Bharata.
Ternyata para petinggi Blue Bird juga peduli dengan budaya tradisional.
Kalsu dari artikel tersebut, tari gambyong durasinya cuma sekitar 4 menit. Cuma tetap latihannya berminggu-minggu, demi penampilan terbaik. Tetap semangat, mbak Dewi.
Yes Mas Ris, karena bisa berubah-ubah terua ngikutin maunya sutradara, hehehe..Dan agar sinergi antar adegan, jadi semua harus selalu datang latihan.
Wuaaah… Senangnya melihat masih banyak orang yang cinta, peduli dan bergiat untuk kemajuan budaya Indonesia. Salut buat Kak Dewi dan pagelaran seni budayanya. Can’t wait to see another one.
Makasih, Kak Muti..iya semoga bisa pentas lagi, aamiin.
akkkk, suka banget lah sama mba dewi ini! Kemaren baru sempet nari jogja bareng yaaa, semoga ke depan bisa ikut-ikut kegiatan kebudayaan lainnya bareng mba dewi 🙂
Iya Mbak..yuk kita belajar sama2..hehehe
tosss salam dari squad jin alas mertani, semoga tahun depan kita bisa pentas bareng lagi. amin
Kemarin kenapa ga bikin toss ala jin yak hahaha..aamiin insyaAllah nanti pentas bareng lagi.
Wow keren banget bisa tampil di pagelaran budaya seperti itu..salut. Saya suka menonton tari tarian tradisional tapi nyerah deh jika harus ikut menari tepatnya pelatihnya yang menyerah ? Walau begitu saya akan berusaha untuk tetap melestarikan kebudayaan kita sesuai kemampuan saya.
Hahahah..pelatihnya mutung ya…
aku bacanya terharu banget mbaa. ya ampunn mau sekali seperti mba dewi belajar kesenian. lucky u are mbaa :,)
Ayuk nggit..hehehe
Wow, keren nih mbak bisa ikutan pentas, semangat terus buat lestarikan budaya imdonesianya ya mbak
Terima kasih, Juna..
Sungguh luar biasa pengalamannya. Sedari dulu ingin ikut dan memahami seni drama dan tari, tapi sampai sekarang belum kesampaian. Pengalaman mba Dewi tampil malah mematik semangat kembali.
Alhamdulillah..ayo Mas..haha
Kok keren banget sih Mba. Saya salut sama orang-orang yang konsisten memelihara dan melestarikan budaya.
Semoga next time bisa nonton wayang orang. Ku belum pernah. ?
Aamiiin..ayo kapan-kapan nonton.
Mba Dewi Masya Allah keren banget. Konsisten untuk tetap berbudaya, tetap berhijab. Duh maafkan aku yg tak sempat nonton. Sejak dulu memang aku belajat banyak dari Mba Dewi
Hahaha enggak apa2 Kak..makasiih, Kak Yun keren jugaa..
salut buat mbak dewi. semangat banget. sampai nulisnya pun semangat banget.. saya yang gak tau menau tentang wayang, agak bingung sih. hehe. tapi terima kasih banget nih mbak pengetahuannya
Hehehe, sama-sama, makasih juga yaa..
wuihh.. keren bangetlah .. aku seuka nonton segala macam pentas seni, entah yang tradisional apa yang modern.. Pentas tradisional lebih ciamik sih.
Keren juga nih suka nonton pertunjukan seni..hehehe
saya tahu orangnya mau-an… liat mbak dewi begitu saya juga jadi pengen ikutan.. wkwkwkwkwk.. kalau ada lagi ajakin ya mbak…
Iya saya tahu Babang tu orangnya mauan..wkwkwkwk..next show ya Bang, insyaAllah..
Kerrennnn Mbak Dew ? saluttt sama Mbak Dew dan teman-teman Mbak Dew juga. Matang banget persiapannya sampe latihan dari bulan-bulan sebelumnya. Btw Ternyata letinggi Blue Bird peduli juga yaa mbak dengan budaya tradisional.
Yes, mereka sangat concern untuk pelestarian budaya..salut deh ama mereka.
Woow..
Marvelios… mba Dewi aktif banget ya. Hehe. Dan sumpah keren banget bisa mentas kayak begitu bareng para profesionalnya juga.
Jadi berasa dapat suntikan energi baru ?
Alhamdulillah..iya jadi lebih semangat lagi. Makasih Mas Beni..
saya ini pengagum mbak dewi liat multitalentnya…..lincah dan masih bisa mlapas mlapas kemana-mana motoran nembang, nari, gamelan, de el el dah pokoknya…tulisannya enak dibaca, potonya keren-keren, enak banget runutnya…
Duhh..aku merasa embuh..wkwkkw..aku nih ngefans sama yang kasih comment ini..ga bisa ditulis di sini alasannya, panjaaaang..wkwkkwkw
Ini keren banget si ceritanya, bisa sampe tampil di pentas besar Mba Dew. Salut euy.
Makasih Dayu..
Salut untuk Mbak Dewi, Samurti Andaru Laras dan SBI…You’re rock guys! hehehe
Enggak banyak yang terus bertahan menjaga kelestarian budaya Indonesia khususnya wayang orang ini. Dan, saya yang orang Jawa saja belum pernah nonton langsung pagelarannya hiks
Dulu saat SD les nari dan sanggar tarinya sempat tampil di TVRI….sekarang lupa semua. Semoga lain kali saya bisa nonton Mbak Dewi pentas bareng teman-teman ya…penasaran:)
Aamiin..semoga bisa nonton next time ya Mbak..hehe..terima kasih, Mbak apresiasinya..
Wowww aku kagum sama kecintaan dan komitmen pemain-pemainnya, ga kenal usia tetap menari. Lain kali aku mau nonton langsung ah walau ga bisa bahasa jawa. Kereennnn pokoknya.
Yes Mbak kalau ga bisa bahasa Jawa biasanya ada narasinya terlebih dulu kok..hehee…
mba dew keren sekaleeeee
pegiat seni dan masih melestarikan sampai skrg. bener bgt latihan konsisten seneng, tampil itu bonus.
pernah bosen ga sih mba dew? aku sih dulu pas nyanyi suka bosen gt. share dong
Alhamdulillah sih selama ini belum bosen, Kak.. karena kalo kayak main gamelan gitu kalau bosen main satu gending tertentu, kita bisa mainin yang lain-lain, hehehe..
Kereeen mbak dew.. 2 jempool..
Bener sih kalo dah berkecimpung di dunia seni tuh harus rajib latihan.. pentas tuh bonus.. dulu saya pas jaman paduan suara. Tiap hari latihan.. latihan pernapasan doang 1 jam lebih, latihan lagunya cuma setengah jam.. eh pas udah mentas rasanya bahagia sekali…
Selamat Mbak Dewi atas pementasannya! Kerja keras latihan membuahkan hasil ya 🙂
Btw, selalu salut sama Mbak karena ikut andil melestarikan budaya. Keren!